Monday 5 February 2018

Ngobrol Publik : Membangun Komunitas dan Organisasi Pendidikan yang Berdampak dan Berkelanjutan

Volunteer sepertinya sudah menjadi bagian dari gaya hidup ya sekarang. Anak-anak muda berlomba-lomba ikut berbagai kegiatan kerelawanan, mulai yang sosial, pendidikan, lingkungan dan bidang-bidang yang lain.  Jika dibilang ini adalah trend, atau latah, ikut-ikutan, mungkin ada benarnya. Sama kaya virus aja deh, pasti nular apalagi virus untuk berbuat kebaikan. As human being, fitrahnya kita memang akan do something good kan ya?

Jadi ingat, dulu pernah pas mau ikutan gabung jadi relawan di salah satu komunitas sosial yang fokus pada pendidikan anak jalanan, dibilang gini sama ketuanya “haha.. jadi volnteer lagi ngetrend kan ya sekarang? Banyak mahasiswa yang daftar sekarang. Ah semoga gak cuman ikut-ikutan trend aja ya?” Padahal dari jaman sma dan awal kuliah juga udah sering ikut kegiatan sosial, seperti Baksos, Turun Desa dl,  tapi mungkin emang belum booming ya karena belum ada sosial media.

But its oke kok, kalo ikut-ikutan nya berbuat kebaikan kenapa tidak? Makin banyak yang ikut kan makin bagus. Makin banyak yang sadar bahwa menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada bukan hanya tugas presiden, pemerintah atau DPR ,tetapi tugas kita bersama.  

Nah, kebetulan memang saya pribadi senang dengan dunia anak dan pendidikan, ya jadi kalau ikut kegiatan volunteer pasti tidak akan jauh dari bidang ini. Apalagi di tahun ini saya sudah memutuskan mantab untuk serius belajar di jalur pendidikan, baik sebagai hobi di akhir pekan, selingan, ataupun pekerjaan. Alhamdulillah. Sedikit melenceng dari gelar dan ilmu di kuliah ya, tapi tidak apa kan belajar tanpa batas hehe #pembelaan

Nah, hari kamis kemarin saya berkesempatan ikut acara Ngobrol Publik, dengan tema yang diangkat adalah “Membangun Komunitas dan Organisasi Pendidikan yang Berdampak dan Berkelanjutan” Ngobrol Publik adalah forum diskusi rutin yang bertujuan untuk berbagi pengalaman komunitas dan organisasi pendidikan. Sebagai moderator ada Ibu Najelaa Shihab (inisiator Pesta Pendidikan), Bapak Bukik Setiawan (Dosen Kampus Guru Cikal), Mas Aditya Dipta (Pendiri Indorelawan) dan perwakilan dari Sokola Rimba sebagai narasumbernya.

Masalah ini pasti dialami oleh semua organisasi sosial, tidak terkecuali bagi buku berkaki, tempat dimana saya menghabiskan sebagian besar waktu akhir pekan saya selama tiga tahun belakangan ini hehehe. Menurut para narasumber, ada 3 hal yang harus sama-sama kita perhatikan untuk membangun sebuah komunitas yang berdampak dan berkelanjutan. Dan yang perlu diingat kembali adalah bukan hanya sebagai pemuas ego pribadi tapi juga bisa membawa manfaat untuk ‘mereka’.  

      Pengelolaan organisasi yang kuat

Organisasi atau komunitas sosial biasanya berangkat dari Pertemanan.  Founder atau pendiri harus bisa meyakinkan teman-teman agar mau bergabung, biasanya 3 orang saja sudah cukup untuk memulai gerakan. Karena ini adalah gerakan sosial jadi tujuannya bukan untuk mendapatkan like, tidak ada peran yang terlalu kecil untuk dilakukan, jadi yang terpenting “Apakah misi sosial ini really worth my time?

Nah setelah berjalan, makan inisiator harus berusaha untuk menciptakan panggung, inisiator tidak memonopoli tapi berbagi  panggung dengan anggota yang lain, agar semua merasakan ikut berkontrbusi dalam gerakan ini. Dalam sebuah organisasi atau komunitas, peran founder atau pendiri adalah menjaga api atau jiwa dari gerakan tersebut agar tetap menyala. Dia yang telah memberanikan untuk melabeli diri sebagai founder berarti juga harus bisa merawat organisasi/komunitas tersebut seumur hidupnya, bagai anak sendiri. 

Untuk menciptakan organisasi yang berdampak dan berkelanjutan maka penggerak organisasi akan berusaha untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan harus didefinisikan dengan jelas agar strategi atau program kerja yang dilakukan sesuai dengan apa yang ingin dicapai. Selain dapat mendefinsikan tujuan organisasi dengan jelas, penggerak juga harus bisa mengukur tujuan trsebut. Apakah sudah tercapai atau belum?

Refleksi internal perlu, tapi sharing dengan komunitas atau organisasi lain yang sejenis juga perlu untuk mencari referensi penyelesaian masalah dan sama-sama belajar dari pengalaman masing-masing. Meningkatkan kemampuan organisasi, organisasi sebagai produsen pengetahuan bisa berupa postingan tentang kegiatan yang dilakukan, survey yang dilakuan sehingga menghasilkan data yang akan berguna untuk banyak orang. Untuk anggota atau relawannya dapat dilakukan tutorial/briefing.

      Karakteristik penerima manfaat

Pertanyaan klise yang sering terpikirkan adalah, apakah yang dilakukan oleh sebuah ‘gerakan’ ini sudah memberikan damak (manfaat) pada penerima manfaatnya? Nah untuk menjawab pertanyaan tersebut, hal utama yang perlu digali dan dicari tahu oleh si empunya gerakan adalah bagaimana karakteristik dari penerima manfaat yang kita sasar ini. Jika kita tidak “kenal” bagaimana kita bisa tau masalah apa yang mereka hadapi dan apa yang mereka butuhkan, jika kita tidak tau apa yang dibutuhkan maka bagaimana kita bisa “membantu” mencarikan/memberikan bantuan (solusi) pada mereka.

Sehingga perlu adanya pelibatan penerima manfaat ini dalam proses menyepakati tujuan yang ingin dicapai, bagaimana teknis proses mencapainya dan evaluasi/perbaikan yang berkelanjutan. Jika hal tersebut dapat disepakati, maka baik gerakan maupun penerima manfaat akan saling bersinergi.
Selain itu tidak menutup kemungkinan apabila dalam perjalanannya, perkembangan organisasi akan menyesuaikan dengan perkembangan penerima manfaat, misal di sebuah rumah singgah awalnya hanya mengajarkan baca tulis kepada anak-anak pemulung di daerah tersebut, namun kemudian akan terus berkembang menyesuaikan kebutuhan anak-anak seperti pelatihan ketrampilan, leadership dll.

      Pengelolaan penerima


Selain berdampak, sebuah gerakan juga harus berkelanjutan. Evaluasi diri mutlak diperlukan agar gerakan ini berkelanjutan, tidak hanya sekedar numpang lewat saja. Evaluasi terkait proses mencapai tujuan dilakukan bersama dengan pengurus komunitas, volunteer yang terlibat, serta penerima manfaat misalnya pengurus rumah singgah, anak-anaknya, wali murid/orang tua siswa, dan pengurus daerah setempat. Mengevaluasi proses, apakah sesuai dengan tujuan yang telah disepakati, dirasakan manfaatnya atau tidak, perbaikan seperti apa yang diharapkan dll. Satu yan harus diingat oleh pengurus gerakan adalah jangan hanya memburu kepuasan (ego), tapi dengarkan masukan dari para penerima manfaat yang terlibat. Ukuran keberhasilan bukan pada hal-hal yang besar/’wah’ tetapi bagaimana agar apa yang dilakukan itu bisa berkelanjutan (konsisten) meskipun kecil. Evaluasi dan supervisi harus terus dilakukan untuk memastikan bahwa program yang dijalankan berdampak dan berkelanjutan bagi penerima manfaatnya. 

---
Nah, kira-kira itulah beberapa poin penting yang saya dapat dari diskusi ini. Semoga Bermanfaat :)