Saturday 12 May 2018

BUKU, JENDELA ILMU TANPA BATAS


Data dari UNESCO (2012) menyebutkan bahwa presetase minat baca anak Indonesia sebesar 0.001 %, yang artinya dari 1.000 anak bangsa, hanya satu orang yang senang membaca.

Beberapa hari yang lalu saya menulis fakta tersebut di Instagram story dengan latar berupa foto rak buku di salah satu kelas di SDN 02 Tirtayasa Banten yang kondisinya memprihatinkan, ya jumlah bukunya bisa dihitung jari dan kondisinya sebagian besar sudah tidak bersampul dan telah berubah warna kertasnya, raknya pun sudah rapuh, hmm mungkin sudah uzur usianya.

Rak buku di salah satu kelas di SDN Tirtayasa 2 Serang Banten

Dan setelah itu, berdatanganlah beberapa DM (Direct Massage) ke instagram saya, sebagian besar berkomentar seperti ini :

Ah kayaknya salah deh cha! Itu UNESCO ngambil datanya dari mana? Yakin udah mewakili kondisi satu negara?
Anak-anak Indonesia suka baca kok cha! Anak Milenial mah bacanya udah digital sekarang, tuh buktinya hobi bacain IG story kaya gini, postingan akun lambe-lambean bahkan mantengin kolom komentar IG artis buat bacain nyinyiran dan komen julid dari netijen. Haha *ketawa jahat ; ini sindiran ya :(

Nah karena menarik, akhirnya saya kepo dong. Mulai baca-baca artikel dan referensi untuk cari tahu lebih tentang apasih minat baca itu? Dan bagimana kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan? Apakah benar anak Indonesia (termasuk saya) tidak suka membaca?

Jadi yang akan dibahas ditulisan ini, beberapa bersumber dari artikel dan tulisan orang yang saya baca di internet (saya tidak copy-paste, hanya membaca dan mencari informasi), hasil diskusi dengan beberapa teman yang memang berkompeten dalam bidang ini, serta dari pengalaman yang saya peroleh selama ini. Ya pengalaman selama beberapa kali ikut kegiatan volunteering di daerah-daerah marjinal dan pinggiran Ibu kota ini.

Pertama, data UNESCO tersebut memang dipublikasikan pada tahun 2012, semoga masih relevan dengan kondisi saat ini tahun 2018. Beberapa sumber lain juga menyebutkan hal yang sama, salah satunya menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara untuk kemampuan di bidang matematika, IPA dan kemampuan membacanya. Ya, jadi secara garis kesimpulannya masih sama, bahwa minat baca anak Indonesia memang rendah.  

Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya terlebih dahulu kita cari tau apa sih minat baca itu dan bagaimana cara mengkurnya. Jadi, Minat baca adalah kesukaan/kegemaran untuk membaca. Beberapa sumber menyebutkan bahwa minat baca suatu negara dapat dilihat dari jumlah penjualan bukunya. Sumber lain menyebutkan bahwa, minat baca seseorang dapat dilihat dari jumlah buku yang dibaca dalam jangka waktu tertentu. Atau jika dalam suatu sekolah/institusi pendidikan dapat dilihat dari jumlah kunjungan siswa ke perpustakaan sekolah.

Data dari Perpustakaan Nasional tahun 2017, menyebutkan bahwa frekuensi membaca orang Indonesia rata-rata hanya 3-4 kali per minggu. Sementara jumlah buku yang dibaca rata-rata hanya 5-9 buku per tahun.

Minat baca akan berbanding lurus dengan kemajuan pendidikan suatu bangsa. Minat baca juga erat huungannya dengan tingkat indeks kualitas Sumber Daya Manusia ( Human Development Index). Karena dengan membaca merupakan cara yang dapat dilakukan untuk menambah pengetahuan, sikap dan ketrampilan kita. Kepoin mantan juga perlu baca kan? Hehe  Dan apabila minat membaca rendah, maka cenderung akan muncul generasi yang “minta disuapin”.

Mereka yang apa-apa ditanyakan, minta dibuatkan tutorial. Ini banyak kita temukan ketika bersosial media, salah satu contohnya adalah di kolom komentar seorang selebgram ; “Kak itu dimana beli bajunya, harganya berapa?” sedangkan dipostingannya sudah jelas dia menulis dimana dia membeli baju dan tag akun olshop yang jualnya, Jadi apsih susahnya membaca caption atau kalau kurang jelas ya tinggal klik  akun olshopnya dan lihat diketerangan produk. Padahal di era segampang hari ini, apasih yang nggak bisa kita cari di google?

Seorang teman yang berprofesi sebagai psikolog pernah mengatakan bahwa, minat baca itu adalah sesuatu yang “abstrak” yang penukurannya tidak semudah dilihat dari berapa banyak buku yang dia baca, tapi juga dapat diukur dari pengetahuan yang dimiliki. Saya sering menemui anak-anak SMP-SMA yang bahkan tidak tau siapa nama-nama presiden Indonesia dari pertama hingga sekarang. *menangis*

Data-data tersebut yang digunakan untuk mengukur minat baca (reading score) hingga memunculkan angka yang UNESCO sebutkan itu. Sekarang pertanyaannya, apakah data tersebut mewakili kondisi yang sebenarnya terjadi di Indonesia? Jawabannya, Iya. Secara statistik data tersebut mewakili kondisi satu negara.

Ah kayaknya enggak deh cha! Perasaan anak-anak disini (Jakarta) pada suka baca deh, perpustakaan juga rame Pasti akan muncul pertanyaan-pertanyaan semacam itu, dan saya pun setuju. Tapi ini lah kenyataannya. Meskipun saya yakin ada banyak faktor “x” yang menyebabkan angka minat baca di Indonesia begitu rendah. Tapi memang kenyataanya segawat darurat ini kondisi literasi di Indonesia.


Kemudian, menjawab pertanyaan kedua. Apakah minat baca hanya diukur dari kegiatan membaca buku (fisik) saja? Bagaimanakah dengan era digital yang sekarang serba non-fisik, misalnya e-book?

Untuk kriteria “bahan bacaan” yang digunakan oleh UNESCO hingga menghasilkan data 0.01% ini saya belum mendapatkan sumber jawabannya. Apakah hanya buku dalam bentuk cetak saja ataukah dalam bentuk yang lain. Tapi menurut saya pribadi, membaca disini bukan hanya buku cetak ya, tapi juga segala bentuk bahan bacaan yang lain, seperti e-book, artikel, jurnal online, berita online dan akun lambe-lambean yang dapat memberikan kita pengetahuan tentang suatu hal.

Nah, kemudian muncul pertanyaan lagi “Kenapa minat baca anak di Indonesia rendah? Kira-kira apa penyebabnya?’’ Jadi, berdasarkan pengalaman saya pribadi, rendahnya minat baca anak-anak di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor “x”. Salah satunya adalah sulitnya akses terhadap bahan bacaan yang berkualitas. Bagi anak-anak yang berasal dari golongan ekonomi rendah, anak-anak marjinal/jalanan dan pedesaan serta mereka yang tinggal di pelosok negeri, buku itu menjadi barang yang “mahal”. Selain harganya yang relaif  mahal, ketersediaannya juga tebatas. Bagaimana bisa suka membaca, jika yang dibaca saja tidak ada? Atau kalaupun ada, kualitas bahan bacaannya tidak sesuai. Misalnya hanya tersedia buku paket pelajaran SMA sedangkan anak-anak mayoritas masih SD, tidak adanya bahan bacaan yang menarik (buku aktifitas, yang banyak gambarnya dll) juga jumlah bukunya yang terbatas.

Selain itu, budaya membaca yang belum banyak dikenalkan di lingkungan keluarga juga menjadi salah satu penyebabnya. Selama ini budaya tutur/lisan seperti mendongeng lah yang lebih banyak diwariskan dari generasi ke generasi. Hal lain juga disebabkan oleh pertimbangan ekonomi, beberapa orang tu menganggap “mahal” untuk membelikan buku bagi anaknya. Dan karena anak adalah peniru yang ulang, maka jika orang tuanya saja tidak suka membaca, tidak ada tumpukan buku dirumahnya, tidak ada aktivitas membaca cerita bersama, ya bagaimana anak-anak akan suka membaca?

Selain itu sistem pembelajaran yang ada di sekolah  masih cenderung pasif, atau ‘menyuapi’ murid juga akan menyebabkan rendahnya minat baca. Karena murid-murid tidak terbiasa mencari sendiri jawaban  atas rasa keingin tauannya. Selain itu karena adanya tontonan di TV dan games HP yang lebih menarik, sehingga anak-anak akan lebih senang bermain daipada membaca buku. Karena membaca dianggap aktifitas yang membosankan dan tidak seru.

Jadi apasih yang bisa kita lakukan untuk meningkakan minat baca kita? Dimulai dari diri sendiri ya. Salah satunya dengan membuat Reading Record (RR) yang dapat digunakan untuk mengukur kegemaran membaca seseorang, yaitu sebuah catatan yang berisi informasi tentang judul buku dan jumlah halaman yang dapat kita baca dalam kurun waktu tertentu. Apasih kegunaannya?

Sebagai record kita, juga sebagai motivasi untuk meningkatkan jumlah bacaan, pemetaan jenis bacaan yang disukai, serta meningkatkan kemampuan apresiasi terhadap suatu karya/bacaan. Jadi kita kan tau mana bacaan yang berbobot dan mana yang tidak. Kemampuan ini akan menjadi penting, terutama di era digital seperti sekarang ini untuk ‘menyaring’ informasi yang masuk, agar tidak termakan oleh hoax dan informasi-informasi yang tidak dapat diperangungjawabkan kebenarannya.

Jika ini sudah bisa kita terapkan untuk kita sendiri, tidak ada salahnya kita mencoba untuk anak-anak sekolah atau rumbel di sekitar kita loh! Dan kabar bahagianya, Buku Berkaki sudah mencoba menerapkan ini “Tabungan Bacaan Buki” di 10 rumbel binaannya. Jadi selain membantu menyediakan bahan bacaan yang berkualitas, Buki juga mencoba untuk mengukur minat baca adik-adiknya. Semoga langkah kecil ini akan terus berjalan. Dan semoga data yang diperoleh bisa lebih mewakili kondisi di lapangan, mungkin bisa dijadikan sebagai Grand Desain (percontohan) untuk menghitung angka minat baca anak Indonesia secara nyata.

Mengutip tagline Buku Berkaki : When a book walks, a dream works

Semoga, lembaran-lembaran buku yang sarat akan ilmu pengetahuan ini tidak ditinggalkan oleh pembacanya. Aamiin 

Sunday 29 April 2018

Belajar membuat wayang di hari dongeng



Taukah kamu bahwa dongeng itu banyak manfaatnya, terutama untuk anak-anak?
Salah satunya adalah mengembangkan imajinasi, meningkatkan ketrampilan berbahasa, membentukan kecerdasan emosi, kemampuan berempati dan masih banyak lagi.
Panggung Dongeng


Hari ini visit Buki bersama adik-adik Missil bertepatan dengan peringatan Hari Dongeng Internasional. Ya, setiap tanggal 20 Maret diperingati sebagai hari dongeng sedunia. Hayo siapa yang tidak suka mendengarkan dongeng? Apa dongeng favorit mu? Jadi hari ini adik-adik Missil akan belajar membuat ‘wayang’ yang nantinya akan digunakan sebagai properti untuk pertunjukkan dongeng. Oya ada yang berbeda loh dengan visit kita hari ini, kalau biasanya kita belajar di bawah kolong jembatan 3 hari ini kita akan belajar di aula RPTRA Darma suci.

Mengulas sedikit tentang tempat ini, ini adalah ruang terbuka ramah anak. Menurut saya fasilitas publik yang baru diresmikan oleh Pak Ahok pada tahun 2016 ini cukup menarik. Bagaimana tidak, dengan adanya tempat ini anak-anak punya tempat bermain, tempat mengekspresikan diri. Tempat yang saya sebut taman ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas pedukung seperti, lapangan untuk bermain sepak bola, ayunan, prosotan dan berbagai sarana bermain yang lain, juga ada aula sebagai pusat kegiatan, ada toilet, ruang perpustakaan dengan beberapa koleksi bukunya, tempat sampah juga koperasi yang dikelola oleh ibu-ibu disini. Tempat ini bersih dan tertata rapi, mungkin karena masih baru. Tapi semoga akan tetap bersih dan terjaga seperti ini ya.  

Acara visit hari ini dimulai jam 1 siang, kenapa siang? Karena pagi harinya adik-adik belajar bersama Kak Fitri dan kakak-kakak pendamping. Setelah berdoa dan berkenalan, selanjutnya adik-adik diajak untuk membaca buku bersama-sama. Hari ini Buku Berkaki membawakan 50 buku koleksinya yang akan ditukarkan dengan buku-buku yang sudah selesai dibaca oleh adik-adik disini. Sekitar 5 menit adik-adik asyik membaca bersama kakak krucil. Ada buku dongeng yang penuh gambar dan warna, buku ensiklopedia yang isinya menggugah rasa inin tau kita dan banyak lagi buku-buku menarik lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan pembagian kelompok. Saya dan Kak kadek bertugas sebagai MC dadakan nih, hehe


Membaca buku bersama


Karena tema kita hari ini adalah Hari Dongeng, jadi pembagian kelompok pun kita lakukan dengan cara mendongeng. Secara spontan saya mengarang cerita tentang seorang anak perempuan yang bernama Putri yang sedang berjalan-jalan ke kebun binatang bersama keluarganya. Cara bermainnya cukup mudah, pertama kita semua (adik-adik dan kakak volunteer) membuat lingkaran besar. Kemudian secara spontan akan membentuk kelompok sesuai dengan jumlah binatang yang disebutkan oleh Putri, misal “Putri melihat 5 ekor gajah di kebun binatang” maka anak-anak harus membuat kelompok yan beranggotakan 5 orang. Adik-adik seru berlarian mencari kelompok, saling tarik-menarik dan bergandengan tangan. Hingga akhirnya terbentuklah 5 kelompok yang masing-masing beranggotakan 6-7 orang, yaitu kelompok Bunga, Bulan, Matahari, Pelangi, Cemara dan Bintang.


Kelompok Bunga


Kelompok Cemara mau buat apa ya?


Setelah itu, masing-masing kelompok akan duduk melingkar dan tentu harus membuat yel-yel kelompok ya. Kemudian dibagikan 1 buku cerita kepada masing-masing kelompok beserta perlengkapan membuat wayang, seperti kertas warna, stik es cream, lem, mata-mata bonekah, gunting, crayon, spidol warna dll. Masing-masing kelompok harus membuat wayang tokoh yang ada di cerita tersebut yang kemudian nantinya akan dipentaskan di depan teman-teman yang lain. Setelah 45 menit berlangsung, masing-masing kelompok telah menyelesaikan wayang dan siap mementaskan dongengnya di panggung secara bergantian.







Berbagai ceritapun mereka tampilkan, ekspresi lucu dan polos saat mendongeng membuat kita yang menyaksikan turut bergembira. Ah rasanya bukan cuman anak-anak ya yang gemar mendengarkan dongeng, bahkan kita yang sudah dewasapun tetap menyukainya.

Kelima kelompok telah menampilkan dongeng dengan sangat bagus, dan kelompok cemara dengan cerita Timun Mas adalah kelompok dengan penampilan yang terbaik. Horeee!

Penampilan terbaik dari Kelompok Timun Mas

Acara kemudian dilanjutkan dengan kuis dan games, adik-adik antusias untuk menjawab kuisnya dan bahkan sampai berebutan. Wah sudah sore tapi masih semangat semuanya! Kemudian acara ditutup dengan membaca doa bersama, pembagian snack dan tidak lupa berfoto bersama wayang kesayangan kita hari ini.

Seru nya hari ini! Ah semoga hari ini menyenangkan ya adik-adik, menambah semangat dalam belajar dan tidak lupa, semoga bisa menumbuhkan kecintaan kita pada buku, sehingga semakin banyak anak yang gemar membaca. Kenapa sih kak, kita harus rajin membaca buku? Karena, meskipun dunia kita sekarang serba mudah, tinggal klik di genggaman dan semua sudah bisa kita dapatkan, tapi satu yang perlu diingat, bahwa buku adalah jendela dunia, sumber ilmu pengetahuan. Dari buku kita bisa tau apapun, bisa menjelajah dunia dan bisa melakukan banyak hal lainnya. Jadi jangan malas membaca buku ya!

---

Selamat hari dongeng. Tidak ada kata terlalu tua untuk mendengarkan dongeng kok! Karena banyak hal baik yang bisa kita dapat dari mendongeng dan mendengarkan dongeng, jadi yuk kita (belajar) mendongeng! 

Wednesday 18 April 2018

Satu hari berbagi di Kandank Jurank Doank


Alhamdulillah, another  productive weekend bisa terwujud di akhir pekan kemarin. Hari Minggu 15 April 2018, saya berkesempatan untuk ikut acara Outdoor Fun Day bersama 30 adik-adik dari Yayasan Asrama Cinta Yatim Pondok Aren Tangsel.  

Bersama Om Dik Doank 

Awalnya saya lihat ada teman yang posting tentang acara di instagramnya, karena lokasinya dekat dengan kost dan acaranya juga ‘terlihat’ menarik, akhirnya saya memutuskan untuk daftar dan Alhamdulillah kemudian diberi kesempatan untuk ikut bergabung bersama 17 kakak pendamping (volunteer) yang lain. Yeay!

Kami berkumpul di lokasi kira-kira jam 7 pagi. Bagi saya pribadi, ini adalah kali pertama ke Kandank Jurank Doank (yang disingkat : KJD). Kesan pertama yang saya rasakan adalah lingkungans, sangat sejuk dan alami, tenang serta nyaman, dan suasana pagi ini semakin syahdu karena sayup-sayup terdengar suara petikan gitar dan nyanyian dari Om Dik. Wahh... jatuh cinta pada pandangan pertama inimah namanya, hehe

Sambil menunggu adik-adiknya datang, tim panitia dan kakak pendamping melakukan briefing dan kenalan singkat. Banyak teman baru, Hore!


Adik-adik dari Yayasan Asrama Cinta Yatim

Bernyanyi bersama Om Dik Doank 

Pembagian nametag oleh kak Alin 

Kegiatan pertama adalah Fun Opening bersama Kak Iwan dari tim acara KJD. Pembukaan dilakukan di Setling Doank (Setengah Lingkaran), yaitu tempat mirip gladiator dengan latar pemandangannya berupa pohon dan sawah yang hijau. Diaini Kak Iwan juga menjelaskan makna dibalik nama Kandank Jurank Doank ini, kira-kira ada yang tau nggak ya apa maknanya? 

Fun Opening bersama Kak Iwan dari tim KJD 

Semangat pagi!

Kandank, artinya “bebas” (tidak terkekang/terkurung seperti kandang ya), jadi siapa saja boleh bermain dan belajar di tempat ini tanpa membeda-bedakan. Sedangkan Jurank artinya “pemisah/batas”, jadi tidak ada pemisah atau batas untuk belajar dan bermain di tempat ini, dan yang terakhir adalah Doank, ini adalah brand dari Om “Dik Doank” yang makna lainnya Do’a (Doank). Wah, ternyata maknanya dalem ya hihi Selain itu juga dijelaskan tentang paket outbond dan sekolah gratis yang ada disini.


Setelah kegiatan pembukaan bersama tim acara dari KJD dan penjelasan singkat dari Kak Alin yang merupakan perwakilan dari Satu Hari Berbagi, acara kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Fun Teaching bersama kakak-kakak pendamping. Sebelumnya telah dibagi 6 kelompok belajar dengan tema yang berbeda-beda, oya masing-masing kelompok terdiri dari 5 adik  dan 3 kakak pendamping. Kelomok 1 : Bahasa Inggris, Kelompok 2 : Kebersihan dan kesehatan, Kelompok 3 : Toleransi, tata krama dan tanggung jawab, Kelompok 4 : Kewarganegaraan, Kelompok 5 : Prakarya 3R dan Kelompok 6 : Cita-cita dan profesi 



Kakak pendamping kelompok

Saya kelompok berapa ya kira-kira?  Bersama dengan Kak Popi dan Kak Silvi, kami bertiga mendapat amanah untuk menjadi kakak pendamping di kelompok 5. Tema untuk Kelompok 5 adalah prakarya yang berasal dari 3R. Kegiatan dimulai dengan penjelasan tentang 3R, Hayo apa itu 3R?

Yup! Reduce : Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang dapat menimbulkan sampah, contohnya kita dapat membawa botol air agar mengurangi konsumsi AMDK (Air Minum Dalam Kemasan), karena kita semua tau bahwa sampah botol plastik bekas air minum itu susah terurai. R yang kedua adalah Reuse, yaitu menggunakan kembali barang bekas/sampah untuk fungsi yang sama ataupun berbeda, contohnya adalah menjadikan botol bekas air minum sebagai pot bunga. Dan R yang terakhir adalah Recycle, artinya mendaur-ulang sampah menjadi produk baru yang bernilai, contohnya adalah daur ulang kertas dan pembuatan pupuk kompos.
Kelomok 5 bersama Kak Popi dan Kak Silvi

Media pembelajaran berupa kertas bekas, untuk mencontohkan tentang praktik reuse yang dapat kita lakukan dalam kehiduan sehari-hari. Prakarya yang dibuat hari ini yaitu memanfaatkan gulungan tissu untuk membuat tempat pensil. Bahan-bahan yang digunakan adalah gulungan tissu, lem, kardus bekas, gunting dan tidak lupa pensil warna/spidol warna untuk menghias sesuai kreatifitas masing-masing.

Kelompok lain sedang belajar apa ya ini? 

Belajar bahasa Inggris!

Kelompok ini mau belajar apa ya?


Kegiatan dilanjutkan dengan Fun Outbond yang dipandu langsung oleh Kak Iwan dan kakak-kakak dari tim KJD. Outbond pertama dimulai dengan bermain flyingfox, dari atas bukit menuju area outbond di bawah dengan lintasan berupa kolam air. Adik-adik bergantian memasang alat pengamannya, dan menaiki tangga menunggu giliran “meluncur”, ekpresi ketakutan, cemas, dan deg degan tergambar jelas diwajah adik-adik. Banyak yang bilang bahwa ini adalah pengalaman pertamanya bermain flyingfox di alam terbuka seperti hari ini. Selain adik-adik, tidak ketinggaln kakak pendamping dan panitia ikut mencoba permainan ini. Banyak yang deg-degan dan mendarat dengan tidak selamat loh! (read : basah karena tercebur di kolam). Duh kakak nya lebih heboh ini mah! hehe

Persiapan flying-fox!

Takut sih tapi seru!

Mendarat di kolam seru nih hehe



Setelah semua peserta meluncur menggunakan flyingfox, kegiatan dilanjutkan dengan menangkap ikan di kolam ikan secara berkelompok. Riuh suara adik-adik berebut ikan menambah semarak hari ini. Alhamdulillah, bahagia cukup sederhana ya, sesederhana berlarian dan berebut menangkap ikan seperti ini. Basah pun tidak masalah ya dik?  hehe

Ikan, dimana kau ikan? hehe

Outbond selanjutnya adalah naik perahu kampret, mengelilingi kolam air yang dangkal ini. Setiap perahu diisi oleh satu kelompok yang didampingi oleh kakak pendamping. Masing-masing kelompok mulai mendayung mengelilingi kolam air, tidak semuanya mulus, ada yang hanya muter-muter, ada yang bertabrakan bahkan tidak sedikit yang terjebur karena perahu terbalik. Tapi poin pentingnya adalah adik-adik akan belajar tentang betapa pentingnya kerjasama, saling tolong-menolong untuk mencapai tujuan.
Bahagianya naik perahu kampret!

Dayung..Dayung...

Sekalian main air ya kak? hehe

Nah mumpung sudah sekalian basah, rangkaian acara outbond dilanjutkan dengan menanam padi di sawah. Sebelum turun ke sawah, terlebih dahulu dijelaskan oleh petani setempat mengenai cara menanam padi,  pada umurberapa  padi siap panen hngga mengapa kita perlu menghargai setiap butir nasi yang terhidangdi iring kita, dan menghargai kerja keras petani yang telah menanan padi. Dari kegiatan ini diharapkan, adik-adik bisa selalu bersyukur, menghargai proses dan kerja keras untuk sebuah pencapaian/cita-citanya. Setelah penjelasan, kemudian semua adik-adik dan kakak pendamping bergantian masuk ke sawah untuk mrnanam padinya. Tidak semudah yang terlihat ternyata, bebrapa bahkan sampai terjatuh di dalam lumpur karena susah bergerak. Wah seru sekali, kurang kebo nya aja nih! hehe

Tandur : Ditata karo mundur (Bahasa Jawa)

Semangat main lumpur ya dik? hehe

Ayo kak semangat! Jangan mau kalah sama lumpur

Setelah bersih-bersih badan dari lumpur, acara dilanjutkan dengan Team Building bersama Kak Iwan dan tim KJD, games kelompok antara santri laki-laki dengan satri perempuan telah disipkan oleh kakak-kakak. Nama permainannya adalah suit Samson. Serta permainan adu ketangkasan. Kedua permainan seru ini bertujuan untuk membentuk kekompakan dan kerjasama anatar kelompok, oya akhirnya kedua permainan ini dimenangkan oleh kelompok perempuan. Yeay! Hadiahnya tambahan uang untuk tim ciwi-ciwi hehe

Masih semangat kak?

Cucok cyin? hehe

Samsonwati ya ini? :)

Seru sekali rangkaian outdoor hari ini, hingga tidak terasa telah memasuki waktu sholat dzuhur, jadi acara kemudian dilanjutkan dengan bersih-bersih, mandi dan ishoma.

Setelah semua berganti pakainan dan sholat, kami berkumpul membentuk lingkaran besar untuk kemudian makan siang bersama yang diiringi dengan petikan gitar dan nyanyian merdu dari Om Dik Doank loh! Duh makan siang dibawah pohon dengan angin sepoi-sepoi dan kicauan burung serta alunan suara gitar, sungguh nikmat! Alhamdulillah!
Dress-Up our Queen!

Apakah keseruan hari ini sudah selesai sampai disini? Tentu tidak! Setelah makan , acara dilanjutkan dengan games penutup yaitu Drees-up Our King and Queen. Kelompok dibagi menjadi 2, tim perempuan/Queen dan laki-laki/King. Masing masing kelompok dimodali dengan beberapa lembar koran gunting dan isolatip, dalam waktu 10 menit kita harus membuat kostum untuk King dan Queen tentu dengan syarat semua koran harus habis digunakan tanpa tersisa, Sekreatif mungkin ya. Dan begnilah hasilnya , taraa....


Raja Ampat dan Queenciraaan 


Dan hujan datang tiba-tiba, mengguyur KJD dengan lebatnya. Alhamdulillah! Eh meskipun hujan tapi tidak menyurutkan semangat adik-adik loh! Acara kemudian ditutup dengan pembacaan doa dan pembagian donasi, serta sayonaraaaa.... Sampai berjumpa lagi adik-adik hebat dan kakak-kakak, semoga acara hari ini membawa keberkahan untuk kita semua! Terimakasih untuk kesempatannya belajar, ya sungguh bukan hanya adik-adik yang belajar dari kami tapi justru kami yang belajar banyak dari semangat dan kegigihannya belajar terutama belajar agama. Malu euy sama adik-adiknya yang hafalan Al-Qurannya sudah luar biasa! 

Sayonara adik sholeh-sholehah 

Sampai ketemu dilain kesempatan kakak hebat


Tambahan :

Kejutan diakhir acara, Om Dik Doank mengajak kia semua untuk menonton konser musik beliau di studio atas. Yeay, Alhamdulillah!



---

*Semua foto diambil dari dokumentasi Tim Satu Hari Berbagi*

Friday 13 April 2018

HATICE GALLERY

Poly Cotton Scarf by Hatice

Dewantari Putri in Poly Cotton Scarf by Hatice

Zerlinda Zuhdi in Poly Cotton Scarf by Hatice

Polycotton is a fabric made from a blend of polyester and cotton, popularly combined to make clothing, bed sheets and pillowcases. It is a very thin and lightweight fabric which combines the soft and moisture absorbing properties of cotton with the durable and easy or non-iron properties of polyester. (googleweblight.com) 

Monday 2 April 2018

Cerita liburan di penghujung tahun 2017


Gunung Beruk – adalah salah satu destinasi wisata alam yang cukup ‘kekinian’ di Kabupaten Ponorogo sejak akhir tahun 2015 kemarin. Lokasinya terletak di desa Karang Patihan Kecamatan Balong, desa ini dulunya lebih dikenal dengan sebutan “Kampung Idiot”, karena sebagian penduduknya adalah penyandang Tuna Grahita. Jadi apa yang menarik dari desa yang disebut 'tertinggal' ini? 

Tempat ini cukup dekat dengan rumah saya di Desa Pandak, kira-kira 15 menit lah. Untuk akses menuju lokasi sebenarnya sangat mudah, dari Ponorogo menuju arah Pacitan kemudian dari perempatan Balong (Pasar Balong) ke kanan menuju arah Desa Karang Patihan, setelah sampai di perempatan Karang Patihan kemudian belok ke arah kiri dan selanjutnya hanya perlu mengikuti petunjuk jalan yang ada di sebelah kanan. Jalan menuju ke lokasi juga sudah beraspal dan juga dilengkapi dengan area parkir yang cukup luas. 

Awalnya menurut beberapa sumber, tempat wisata ini diinisiasi oleh sekelompok mahasiswa UGM yang sedang  menjalankan program KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Karang Patihan. Ide awalnya, ingin 'meninggalkan' kenang-kenangan yang bermanfaat untuk penduduk setempat. Nah, pada saat itu wisata alam dengan spot yang instagram-able mulai marak di berbagai daerah, seiring dengan bertambahnya kepopuleran media sosial terutama dikalangan anak muda. Dan semua pasti tau ya rumah pohon hits yang ada di Jogjakarta, nah kemungkinan niat awalnya ingin membuat tempat wisata yang seperti di Jogja tersebut. Terlebih lagi pemandangan alam di Gunung Beruk (atau lebih tepatnya ini adalah bukit ya) yang sangat mempesona.

Dengan dukungan dari Kepala Desa, pemuda (Karang Taruna), masyarakat setempat serta sosial media yang begitu luar biasa, lokasi ini pun menjadi salah satu destinasi wisata ‘hits’ yang selalu ramai dikunjungi oleh wistawan, terutama anak muda yang ingin berfoto dan mengunggahnya di media sosial. Demi sebuah eksistensi ya? hehe Tapi berkat kepiawaian memanfaatkan pasar dan momentum inilah, Gunung Beruk menjadi begitu populer. 

Awal tahun 2016 saya pernah kesana, satu-satunya icon di tempat ini adalah rumah pohon ini. Dengan latar pemandangan hijau khas pegunungan, spot ini memang cukup instagram-able ya hehe.



Rumah Pohon pertama, awal tahun 2016

Dan setelah hampir 2 tahun berselang, inovasi selalu dilakukan oleh pengelola tempat wisata ini. Mulai dari adanya penunjuk jalan yang lebih jelas, akses parkir yang lebih nyaman, disediakannya tempat/lapak untuk pedagang yang rapi dan tertata, mushola, toilet , perpustakaan, panggung utama, dan yang paling penting adalah spot-spot foto baru yang sangat beragam dan pasti instagram-able ini. Nah, inilah yang membuat Gunung Beruk tetap mendapatkan 'panggung' di hati wisatawan, kreatifitas dan inovasi membuktikan bahwa sifat tidak mudah puas dan selalu berusaha untuk memperbaiki diri, meng-upgrade diri lah ya bahasa kerennya adalah kunci dari langgengnya sebuah usaha, bukan hanya memanfaatkan momen. Tapi bagaimana menjaga nyala api agar tetap berkobar, benar bukan? hehe

Spot foto baru - Rumah akar? hehe



Landmark : MT Beruk 


Ngeteh cantik di atas awan, siapa mau ikut?

Nah kalau dulu hanya ada rumah pohon yang jadi spot foto favorit, sekarang ada nih ala-ala bunga matahari di atas awan gitu, hehe Eh tapi jangan salah, perlu skill pengambilan angel foto yang tepat ya agar spot ini makin instagram-able. (Mohon maaf untuk foto-foto disini yang kurang ciamik ini, tukang jepret amatiran hehe) 

Negeri di atas awan?

Oya selain berbagai spot foto baru yang instagram-able di atas, berbagai jajanan khas seperti Nasi Goreng Tiwu dan Kicak juga juga Es Cao dan Es kelapa Ijo yang menyegarkan wajib dicoba ya kalau berkunjung ke sini. Sayangnya saya lupa mengambil foto, terlanjur laper hehe Dan satu lagi yang tidak kalah penting, masyarakat disini sangat ramah dan murah senyum ya. Kita akan bertemu dengan banyak penduduk yang sedang mencari rumput untuk pakan ternaknya dan beberapa yang berkebun di area wisata ini. Back to nature lah ya inimah, interaksi dengan alam dan masyarakat sekitar. 

Jadi gimana? Tertarik untuk berkunjung ke Gunung Beruk? 

---

Semoga tempat wisata ‘kekinian’ ini bisa menjadi salah satu sumber mata pencaharian untuk masyarakat sekitar, yang akan membawa lebih banyak manfaat untuk masyarakat. Bukan hanya sekedar ‘eksploitasi’ alam berkedok pariwisata, tetapi bagaimana bersama-sama menjaga dan melestarikan alam agar bukan hanya kita yang bisa menikmati keindahannya, tetapi kelak generasi-generasi setelah kita juga tetap bisa melihat indahnya Gunung Beruk di pelosok Kota Reog ini. 

Selamat berwisata :)