Volunteer sepertinya sudah menjadi bagian dari gaya hidup ya
sekarang. Anak-anak muda berlomba-lomba ikut berbagai kegiatan kerelawanan, mulai
yang sosial, pendidikan, lingkungan dan bidang-bidang yang lain. Jika dibilang ini adalah trend, atau latah, ikut-ikutan, mungkin ada benarnya. Sama kaya
virus aja deh, pasti nular apalagi virus untuk berbuat kebaikan. As human being, fitrahnya kita memang
akan do something good kan ya?
Jadi ingat, dulu pernah pas mau
ikutan gabung jadi relawan di salah satu komunitas sosial yang fokus pada
pendidikan anak jalanan, dibilang gini sama ketuanya “haha.. jadi volnteer lagi
ngetrend kan ya sekarang? Banyak
mahasiswa yang daftar sekarang. Ah semoga gak cuman ikut-ikutan trend aja ya?” Padahal dari jaman sma
dan awal kuliah juga udah sering ikut kegiatan sosial, seperti Baksos, Turun
Desa dl, tapi mungkin emang belum booming ya karena belum ada sosial
media.
But its oke kok, kalo ikut-ikutan nya berbuat kebaikan kenapa
tidak? Makin banyak yang ikut kan makin bagus. Makin banyak yang sadar bahwa
menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada bukan hanya tugas presiden,
pemerintah atau DPR ,tetapi tugas kita bersama.
Nah, kebetulan memang saya
pribadi senang dengan dunia anak dan pendidikan, ya jadi kalau ikut kegiatan volunteer pasti tidak akan jauh dari bidang
ini. Apalagi di tahun ini saya sudah
memutuskan mantab untuk serius belajar di jalur pendidikan, baik sebagai hobi
di akhir pekan, selingan, ataupun pekerjaan. Alhamdulillah. Sedikit melenceng
dari gelar dan ilmu di kuliah ya, tapi tidak apa kan belajar tanpa batas hehe #pembelaan
Nah, hari kamis kemarin saya berkesempatan
ikut acara Ngobrol Publik, dengan tema yang diangkat adalah “Membangun
Komunitas dan Organisasi Pendidikan yang Berdampak dan Berkelanjutan” Ngobrol
Publik adalah forum diskusi rutin yang bertujuan untuk berbagi pengalaman
komunitas dan organisasi pendidikan. Sebagai moderator ada Ibu Najelaa Shihab
(inisiator Pesta Pendidikan), Bapak Bukik Setiawan (Dosen Kampus Guru Cikal), Mas
Aditya Dipta (Pendiri Indorelawan) dan perwakilan dari Sokola Rimba sebagai
narasumbernya.
Masalah ini pasti dialami oleh
semua organisasi sosial, tidak terkecuali bagi buku berkaki, tempat dimana saya
menghabiskan sebagian besar waktu akhir pekan saya selama tiga tahun belakangan
ini hehehe. Menurut para narasumber, ada 3
hal yang harus sama-sama kita perhatikan untuk membangun sebuah komunitas yang
berdampak dan berkelanjutan. Dan yang perlu diingat kembali adalah bukan hanya sebagai
pemuas ego pribadi tapi juga bisa membawa manfaat untuk ‘mereka’.
Pengelolaan
organisasi yang kuat
Organisasi atau
komunitas sosial biasanya berangkat dari Pertemanan. Founder
atau pendiri harus bisa meyakinkan teman-teman agar mau bergabung, biasanya 3
orang saja sudah cukup untuk memulai gerakan. Karena ini adalah gerakan sosial
jadi tujuannya bukan untuk mendapatkan like,
tidak ada peran yang terlalu kecil untuk dilakukan, jadi yang terpenting
“Apakah misi sosial ini really worth my
time?
Nah setelah
berjalan, makan inisiator harus berusaha untuk menciptakan panggung, inisiator
tidak memonopoli tapi berbagi panggung
dengan anggota yang lain, agar semua merasakan ikut berkontrbusi dalam gerakan
ini. Dalam sebuah organisasi atau komunitas, peran founder atau pendiri adalah menjaga api atau jiwa dari gerakan
tersebut agar tetap menyala. Dia yang telah memberanikan untuk melabeli diri
sebagai founder berarti juga harus
bisa merawat organisasi/komunitas tersebut seumur hidupnya, bagai anak
sendiri.
Untuk
menciptakan organisasi yang berdampak dan berkelanjutan maka penggerak
organisasi akan berusaha untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan harus didefinisikan
dengan jelas agar strategi atau program kerja yang dilakukan sesuai dengan apa
yang ingin dicapai. Selain dapat mendefinsikan tujuan organisasi dengan jelas,
penggerak juga harus bisa mengukur tujuan trsebut. Apakah sudah tercapai atau
belum?
Refleksi internal
perlu, tapi sharing dengan komunitas atau organisasi lain yang sejenis juga perlu
untuk mencari referensi penyelesaian masalah dan sama-sama belajar dari
pengalaman masing-masing. Meningkatkan kemampuan organisasi, organisasi sebagai
produsen pengetahuan bisa berupa postingan tentang kegiatan yang dilakukan,
survey yang dilakuan sehingga menghasilkan data yang akan berguna untuk banyak
orang. Untuk anggota atau relawannya dapat dilakukan tutorial/briefing.
Karakteristik
penerima manfaat
Pertanyaan klise
yang sering terpikirkan adalah, apakah yang dilakukan oleh sebuah ‘gerakan’ ini
sudah memberikan damak (manfaat) pada penerima manfaatnya? Nah untuk menjawab
pertanyaan tersebut, hal utama yang perlu digali dan dicari tahu oleh si empunya
gerakan adalah bagaimana karakteristik dari penerima manfaat yang kita sasar
ini. Jika kita tidak “kenal” bagaimana kita bisa tau masalah apa yang mereka
hadapi dan apa yang mereka butuhkan, jika kita tidak tau apa yang dibutuhkan maka
bagaimana kita bisa “membantu” mencarikan/memberikan bantuan (solusi) pada
mereka.
Sehingga perlu
adanya pelibatan penerima manfaat ini dalam proses menyepakati tujuan yang
ingin dicapai, bagaimana teknis proses mencapainya dan evaluasi/perbaikan yang
berkelanjutan. Jika hal tersebut dapat disepakati, maka baik gerakan maupun
penerima manfaat akan saling bersinergi.
Selain itu tidak
menutup kemungkinan apabila dalam perjalanannya, perkembangan organisasi akan
menyesuaikan dengan perkembangan penerima manfaat, misal di sebuah rumah
singgah awalnya hanya mengajarkan baca tulis kepada anak-anak pemulung di
daerah tersebut, namun kemudian akan terus berkembang menyesuaikan kebutuhan
anak-anak seperti pelatihan ketrampilan, leadership
dll.
Pengelolaan
penerima
Selain berdampak,
sebuah gerakan juga harus berkelanjutan. Evaluasi diri mutlak diperlukan agar
gerakan ini berkelanjutan, tidak hanya sekedar numpang lewat saja. Evaluasi
terkait proses mencapai tujuan dilakukan bersama dengan pengurus komunitas,
volunteer yang terlibat, serta penerima manfaat misalnya pengurus rumah
singgah, anak-anaknya, wali murid/orang tua siswa, dan pengurus daerah
setempat. Mengevaluasi proses, apakah sesuai dengan tujuan yang telah
disepakati, dirasakan manfaatnya atau tidak, perbaikan seperti apa yang
diharapkan dll. Satu yan harus diingat oleh pengurus gerakan adalah jangan
hanya memburu kepuasan (ego), tapi dengarkan masukan dari para penerima manfaat
yang terlibat. Ukuran keberhasilan bukan pada hal-hal yang besar/’wah’ tetapi
bagaimana agar apa yang dilakukan itu bisa berkelanjutan (konsisten) meskipun
kecil. Evaluasi dan supervisi harus terus dilakukan untuk memastikan bahwa
program yang dijalankan berdampak dan berkelanjutan bagi penerima manfaatnya.
---
Nah, kira-kira itulah beberapa poin penting yang saya dapat dari diskusi ini. Semoga Bermanfaat :)