Tuesday 3 May 2016

Ibu – ‘Gate Keeper’ Keamanan Pangan Keluarga

Laporan tahunan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2011 menyebutkan bahwa penyebab KLB Keracunan Pangan terbesar di Indonesia adalah pangan olahan rumah tangga yaitu sebanyak 58 kejadian (45.31%). Sehingga kesadaran dan perilaku ibu rumah tangga sebagai gate keeper (penyaring informasi) dalam menjaga keamanan pangan keluarga menjadi sangat penting. Sebab resiko keamanan pangan terhadap kesehatan konsumen semakin tinggi ketika konsumen kurang memiliki pengetahuan tentang pengolahan pangan yang baik sehingga konsumen terbiasa dengan cara pengolahan pangan yang salah (Maimun 2013).
Paragraf tersebut adalah cuplikan latar belakang yang saya gunakan dalam penyusunan proposal penelitian tugas akhir sebagai syarat lulus bagi seorang sarjana. Memang terlihat sepele dan sedikit menyimpang dari ‘kebiasaan’ topik penelitian-penelitian yang biasanya dipilih oleh mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan. Saya memang telah mendapatkan semua teori tentang keamanan pangan dan seluk-beluk industri pangan lainnya. Namun, yang perlu digaris bawahi adalah ilmu yang saya peroleh selama hampir empat tahun tersebut hanya sebatas teori saja bukan praktik langsung di masyarakat. Dan inilah liku-liku cerita yang akan mengiringi perjalanan panjang tugas akhir saya.
Minimnya pengalaman saya dalam penelitian di bidang sosial kemasyarakatan, serta keterbatasan dalam hal kemampuan bahasa Sunda membuat awal-awal perjalanan di Desa Puraseda terasa berat. Bagaimana tidak, satu-satunya pengalaman saya terjun langsung di masyarakat adalah ketika ‘menyelundup’ pada program KKN-P (Kuliah Kerja Nyata Profesi) dari Fakultas sebelah. Iya hanya menyelundup, karena di departemen (jurusan) saya memang tidak terdapat program KKN-P tersebut. Sedangkan untuk kemampuan Bahasa Sunda saya? Jangan ditanya.
Desa Puraseda Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Ada yang sudah pernah mendengarnya atau bahkan sudah pernah berkunjung kesana? Desa ini terletak di ‘pelosok’ Kecamatan Leuwiliang, yaitu dengan jarak tempuh kurang lebih satu jam dari Kampus IPB Dramaga dengan menggunakan kendaraan pribadi. Bentangan sawah yang menghijau, suara aliran sungai yang menenangkan, serta gunung-gunung yang berbaris rapih merupakan gambaran keindahan dari desa ini. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencarian sebagai petani dan tidak sedikit pemudanya yang mengadu nasib sebagai perantau di Ibu Kota. Sedangkan para ibu merupakan ibu rumah tangga biasa dengan rata-rata pendidikan hanya lulus Sekolah Dasar (SD).
Seminggu setelah kegiatan intervensi (penyuluhan) tentang Keamanan Pangan Keluarga, saya datang kembali untuk melaksanakan kegiatan monitoring atau fasilitasi. Dengan cara berkunjung dari satu rumah responen ke responden yang lain yang berjumlah tidak kurang dari 30 keluarga. Bertamu seperti biasa, melihat kegiatan para Ibu dalam menyiapkan makanan untuk keluarganya sembari mengobrol. Dan hal yang membuat saya tercengan adalah ketika saya bertanya :
“Gimana Teh, penyuluhan kemarin ada manfaatnya apa tidak? Apa yang disampein diterapin dirumah gak Teh?
Kebanyakan mereka menjawab seperti ini (tentu dalam bahasa Indonesia yang banyak bercampur dengan Bahasa Sunda).
“Sekarang Ibu teh udah gak beli telur yang retak lagi neng meskipun lebih murah, takut”, jawab salah seorang responden. Sedangkan responden yang lain menjawab seperti ini,
 ”Iya sekarang udah gak sayang-sayang lagi Neng buang makanan kalau itu udah kadaluarsa, Ibu lihat tanggalnya dulu”.
Ada juga yang menjawab seperti ini , “Saya udah nyiapin sabun cuci tangan di kamar mandi biar semua pada cuci tangan neng kalo habis buang air sama pas mau makan”.
Sederhana memang, tapi rasanya bahagia mendengar jawaban mereka. Bahagia karena ilmu yang disampaikan bermanfaat untuk mereka. Bahagia karena saya merasa ikut andil memberi sedikit manfaat untuk orang lain, jadi ilmu yang saya dapatkan selama ini bukan hanya sekedar deretan huruf mutu di atas kertas transkrip saja. Lebih dari itu, ilmu akan berguna jika mampu memberi manfaat untuk banyak orang. 


(bersambung) 

0 komentar:

Post a Comment