Friday 10 November 2017

Bercermin - cerita dibalik saya hari ini (Fase 1)

"Every strunggle you had in your life shaped you into the person you are today. Be thankful for the hard times they can only make you stronger" - Jemma Voice (@womantalk)
---

Setelah secara tidak sengaja membaca quote tersebut, tiba-tiba saya teringat salah satu pertanyaan saat interview kerja di sebuah perusahaan swasta nasional yang pernah saya ikuti buberapa bulan yang lalu, kurang lebih isi pertanyaannya seperti ini ; 
"Tolong jelaskan 3 fase hidup yang paling berpengaruh dalam hidup anda? Fase hidup yang membentuk anda menjadi anda yang seperti hari ini"

Awalnya saya diam, mencoba berfikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan tersebut. Dalam hati saya berbicara, "eh iya ya.. fase hidup yang mana nih yang paling berpengaruh ngebentuk oca seperti yang hari ini?" 
Satu dari sekian banyak fase hidup yang paling berpengaruh dalam 23 tahun usia saya adalah fase setelah lulus SMA. Kenapa? Karena langkah yang kita ambil setelah masa sekolah ini adalah langkah awal yang akan menentukan arah hidup kita selanjutnya. Beberapa pertanyaan umum yang kerap kita tanyakan pada diri kita sendiri setelah lulus adalah mau kuliah atau kerja? Kalau kuliah, kuliah dimana? Jurusan apa? masuknya lewat jalur apa, undangan atau tulis? dll  

Purnawiyata SMA Negeri 1 Ponorogo - 3 Juni 2012
Seingat saya foto ini diambil setelah prosesi Purnawiyata (pelepasan siswa kelas XII), difoto ini dari kiri ke kanan yaitu Hanjar, saya, Erva dan Fina. Pada prosesi hari itu sebenarnya saya sudah tau mau kemana arah saya setelah ini, iya saat itu hasil SNMPTN Undangan sudah diumumkan. Jadi saat prosesi pemanggilan satu per satu untuk pengalungan medali ke atas panggung, ketika nama saya dipanggil kira-kira seperti ini : "Rosalia Riski Ananda Putri Bpk Khudori, diterima di Iunstitut Pertanian Bogor (IPB) pada program studi Ilmu dan Teknologi Pangan" 

Stadium General Mahasiswa Baru IPB 49 di GWW - 15 Juni 2012
  1. Diterima sebagai mahasiswa Teknologi Pangan IPB melalui jalur SBMPTN Undangan dengan pendanaan penuh dari Beasiswa Bidikmisi Dikti.
Fase hidup ini benar-benar berpengaruh besar dalah hidup saya, pertama kalinya merantau jauh dari rumah (antar provinsi loh ini hehe), pertama kali ketemu orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke, pertama kalinya harus tinggal di asrama berempat dengan orang-orang yang sama sekali belum pernah dikenal sebelumnya, pertama kali hidup di daerah dengan adat dan budaya yang berbeda (Jawa ke Sunda, dari desa di kota kecil hijrah ke desa di kota besar hehe), pertama kali belajar dengan sistem yang berbeda, jumlah orang dalam satu kelasnya, cara dosen menerangkan materi, tugas, praktikum dan pertama kali-pertama kali yang lainnya. 

Sebagian teman asrama di A3 Lorong 7 - KRB 8 November 2012

MK Sosiologi Q-09 bersama Temen Lorong dan Matrikulasi Terbaik - 13 Oktober 2017

Beradaptasi dengan semua perbedaan yang ada membuat saya bisa menemukan banyak makna dan tujuan hidup yang mungkin tidak pernah saya fikirkan sebelumnya. Bagaimana semua keadaan ini kemudian bisa merubah cara saya memandang dunia dan bagaimana saya menyikapi sebuah masalah.

Merantau membuat saya "dipaksa" untuk menjadi pribadi yang mandiri, tangguh dan tidak mudah menyerah pada keadaan. 

Mandiri untuk mengurusi semua keperluan diri, mandiri mengatur keuangan, mandiri untuk bisa mengambil keputusan sendiri dan mandiri untuk bisa menanggung semua konsekuensi yang akan timbul dari keputusan tersebut.

Menjadi tangguh untuk bisa survive di tanah rantau yang bahkan rasa masakannya saja tidak cocok dilidah saya. Tangguh untuk mengendalikan homesick syndrome yang bahkan bisa menyerang kapan saja, apalagi saat hujan mengguyur kota ini hehe. Tangguh untuk bisa bersaing dengan teman-teman keren di sini, dan tangguh untuk tetap berjuang mengejar mimpi yang sudah jauh-jauh dikobarkan dari jarak ratusan km disana. 

Menjadi tidak mudah menyerah dengan semua keadaan yang berbeda ini. Jika dulu makanan selalu tersedia, kini bahkan membeli makan saja jaraknya jauh dari asrama. Jika dulu tidur di kamar yang luas sendirian kini harus berbagi kamar dengan orang asing. Jika dulu dengan mudah memperoleh ketenangan saat belajar, kini harus menerima perbedaan gaya belajar dari teman-teman sekamar. Jika dulu mudah memperoleh nilai 90, kini harus berusaha lebih untuk sampai pada angka "aman".

Reyog Tri-U Manggolo Putro IPB - 7 Desember 2012

Para (pejuang) cantik - 6 April 2015 

Selain itu, fase ini juga mengajarkan saya tentang arti keluarga di tanah rantau. Merekalah orang-orang terdekat yang ada untuk saya disini. Merekalah pejuang yang sama-sama berjuang untuk mengejar mimpi-mimpi yang telah dipijarkan dari jarak ratusan km. Merekalah pengingat dan penyemangat terbaik saya, seburuk apapun hari-hari saya di tanah rantau, tertawa bersama mereka adalah salah satu obat terampuh pendongkrak mood saya

Lewat mereka, saya tau bahwa mimpi-mimpi itu bisa diperjuangkan bersama, berjalan beriringan, tanpa perlu berlomba untuk menjatuhkan mimpi yang lain. 

Dan, melalui fase ini akhirnya semesta mengajarkan kepada saya bahwa mimpi itu harus diperjuangkan, bahwa akan selalu ada jalan untuk mimpi-mimpi yang terus dikobarkan.

Apapun impian kita, tugas kita yang utama adalah memantaskan diri untuk impian tersebut. Sebab jika kita sudah memperbaiki diri, dan memantaskan diri, maka Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk kita. Meskipun terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Tapi percayalah, hadiah dari Tuhan untuk kerja keras kita selalu yang terbaik
(Tulisan dari Hipwee) 

---

Jadi inilah jawaban yang saya berikan untuk pertanyaan dari interviewer tersebut. Ini baru satu dari 3 fase yang diminta, dua fase berikutnya menyusul di tulisan selanjutnya ya. Semoga bermanfaat :) 

0 komentar:

Post a Comment