Jamu merupakan
bagian dari obat tradisional yang digunakan secara turun-temurun oleh
masyarakat di Indonesia serta dipercayai manfaatnya terhadap kesehatan manusia.
Dengan melihat khasiat dan manfaat fungsionalnya, maka tidak heran jika jamu
banyak dikembangkan menjadi minuman fungsional. Selain itu adanya Gerakan Bugar
dengan Jamu yang digagas oleh Menkes RI memberikan peluang berkembangnya
industri jamu di Indonesia. Target yang ingin dicapai melalui gerakan tersebut
adalah menghasilkan produk jamu yang aman, bermutu, bermanfaat, membudayakan
minum jamu, nilai tambah dan meningkatkan daya saing serta kesejahteraan pelaku
usaha jamu dan masyarakat Indonesia.
Sedangkan bagi
saya pribadi, sepertinya jamu terasa tidak asing di telinga. Tumbuh dan besar
dengan budaya Jawa yang kental dengan tradisi mengkonsumsi jamu secara rutin. Saya
mulai mengenal jamu bahkan semenjak belum mengerti apa itu jamu. Tradisi di
keluarga saya memang akan mengenalkan jamu kepada anaknya semenjak dini. Diawali
dari jaman minum jamu masih menggunakan cara yang sangat tidak masuk akal yaitu
jamu cekok-an. Bagaimana cara
mengkonsumsinya? Racikan jamu diletakkan dalam selembar kain dan kemudian
diperaskan secara paksa kepada bayi dan anak-anak, tentu diiringi dengan
tangisan dan pemberontakan. Dengan cara seperti itu, tidak heran jika hanya
satu kata yang kemudian menempel tentang jamu di masa kecil, yaitu jamu itu
-pahit- dan tidak enak.
Meskipun
memiliki kenangan yang ‘buruk’ tentang jamu. Namun hal tersebut tidak akan
menyurutkan tekat orang tua saya untuk menghentikan konsumsi jamu pada
anak-anaknya. Berbagai trik akan dilakukan agar saya meminumnya. Dan salah satu
cara paling ampuh adalah dengan menggunakan ‘legen’ , yaitu air gula yang
digunakan untuk menetralisir rasa pahit dari jamu tersebut. Sehingga jangan
heran jika hal yang justru digemari oleh anak-anak ketika meminum jamu adalah
‘legen’-nya. Hal tersebut masih berlaku bagi saya hingga saat ini.
Menjadi asisten
peneliti dalam bidang jamu merupakan salah satu kesempatan emas dalam hidup
saya. Bagaimana tidak? memperoleh kesempatan tinggal selama 10 hari untuk belajar
dan mengenal lebih dekat dengan jamu secara langsung di kampung jamu. Kmpung
Jamu? Iya. Teretak di Desa Nguter Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah. Daerah ini merupakan
sentra produksi jamu terbesar di Indonesia, sekaligus pusat perdagangan jamu
terbesar se-Asia Tenggara. Melihat dan belajar langsung tentang pembuatan dan
pemasaran jamu secara langsung dengan ahlinya. Mengenal berbagai bahan yang
digunakan untuk membuat racikan jamu, belajar tentang bermacam-macam jenis
jamu, hingga berbagai nama dagang jamu yang ‘menggelitik’. Dan kemudian saya
sadar bahwa jamu bukan hanya tentang menjaga dapur tetap mengebul, tapi lebih
dari itu jamu merupakan tradisi yang mereka jaga dari jaman ke jaman.
Sedangkan apabila dikaji secara ilmiah, jamu
merupakan pangan fungsional yang sedang naik daun dan sangat potensial untuk
dikembangkan saat ini. Berdasarkan data BPOM RI, di Indonesia saat ini tercatat
sekitar 1.400 pelaku industri obat tradisional. Sekitar 1.380 merupakan
industri kecil dan hanya 80 yang sudah masuk skala industri relatif modern.
Sementara itu, dari sekitar 1.380 pelaku industri tersebut hanya 9 unit yang
sudah memiliki sertifikat CPOTB (Cara Pengolahan Obat Tradisional yang Baik). Untuk
itu perlu tangan-tangan modern dari manusia-manusia terdidik negeri ini untuk
‘mengangkat’ nilai warisan leluhur bangsa ini.
---
SELAMAT HARI JAMU NASIONAL – Terimakasih telah
memberikan memori tentang rasa pahit, sehingga sekarang saya merasa lebih siap
ketika perjalanan hidup terasa tidak manis